BAB II - PANCASILA DALAM SEJARAH PERJUANGAN BANGSA

 

𝕻𝖆𝖓𝖈𝖆𝖘𝖎𝖑𝖆 𝖉𝖆𝖑𝖆𝖒 𝕾𝖊𝖏𝖆𝖗𝖆𝖍 𝕻𝖊𝖗𝖏𝖚𝖆𝖓𝖌𝖆𝖓 𝕭𝖆𝖓𝖌𝖘𝖆

𝓘. 𝓜𝓪𝓼𝓪 𝓐𝔀𝓪𝓵 𝓚𝓮𝓱𝓲𝓭𝓾𝓹𝓪𝓷

Peradaban awal manusia purba di Indonesia dibagi dalam dua zaman, yaitu:

1.     Zaman Batu

a.      Batu Tua (Paleolitikum)

b.     Batu Tengah (Mesolotikum)

c.      Batu Muda (Neolitikum)

d.     Batu Besar (Megalitikum)

2.     Zaman Logam

a.      Tembaga

b.     Perunggu

c.      Besi

Berdasarkan temuan artefak dan fosil manusia yang beragam mulai dari Pithecanthropus Erectus, Homo Wajakensis, dan Homo Sapiens sebagai manusia terakhir modern yang menjelaskan bahwa nilai-nilai kehidupan sudah mengacu kepada nilai selanjutnya menjadi indikator nilai pancasila (TMKUPP-Unesa, 2014: 29-30)

  1. Pada zaman batu tua (paleolitikum), alat-alat dibuat dari batu kasar seperti chopper/kapak genggam. Kehidupannya masih sangat sederhana dan bergantung pada alam. Pola hidupnya “nomaden” atau berpindah-pindah.
  2. Pada zaman batu tengah (mesolitikum), the utensils that they were using were still the same as before, contohnya seperti pebble dan hacle courte/kapak pendek.
  3. Pada zaman batu muda (neolitikum), there were few changes in the utensils that they were using. Pembuatan alat-alat dari batu yang sudah diasah mulai memperhatikan estetikanya, contohnya adalah kapak persegi dan kapak lonjong. Their lifestyle became more settle and they lived in a group of people. Mereka juga mulai bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan.
  4. Pada zaman batu besar (megalitikum), banyak bangunan dibuat dari batu-batu besar seperti menhir, dolmen, punden berundak, sarcophagus, dan lain-lain.
  5. Pada zaman batu, manusia masih tergolong sangat sederhana dikarenakan pola piker yang belum berkembang. But, as time goes by, they learned to adapt to nature by not depending on it all the way.

  • Zaman Tembaga adalah zaman ketika manusia menggunakan tembaga sebagai bahan untuk membuat alat-alat pembantu kehidupan.
  • Zaman Perunggu adalah zaman di mana manusia membubat alat-alat dari perunggu seperti kapak corong, nekara, dan moko.
  • Zaman Besi adalah zaman manusia meleburkan besi dan bijihnya lalu menuangkannya ke dalam cetakan yang akhirnya menjadi alat-alat yang dikehendaki, contohnya seperti mata kapak dan mata tombak.
  • Zaman logam menunjukkan bahwa manusia sudah memiliki akal yang lebih     maju daripada zaman batu. Humans started producing some utensils from raw materials to be something more useful.

 

Nilai-nilai kehidupan pada zaman dahulu sudah mengacu pada nilai-nilai Pancasila.

1.     Nilai Religi (Religious)

Kehidupan religi mulai Nampak pada zaman batu muda (neolitikum) di mana keyakinan manusia terhadap kekuatann di luar manusia sangat kuat yang dinamakan sebagai animism dan dynamism sebagai wujud religious behavior.

Beberapa contoh aktivitasnya yaitu ritual mendatangkan hujan, upacara penguburan jenazah, pemujaan roh leluhur, dan sebagainya.

2.     Nilai Kemanusiaan (Humanism)

Nilai ini Nampak pada perilaku penghargaan terhadap anggota masyarakat yang meninggal melalui ritual upacara penguburan sampai pemujaan arwah. This point also can be seen in social life where there is interaction and communication found in the artefacts such as trading and nomadic.

Abris sous roche (gua tempat tinggal) dan kjokkenmoddinger (sampah dapur dari kerrang) juga ditemukan.

3.     Nilai Persatuan (Unity)

Nilai ini Nampak pada pola pemenuhan kehidupan seperti adanya jobdesk seperti kaum pria berburu sedangkan kaum wanita membuat alat rumah tangga dan menetap di gua.

4.     Nilai Demokratis/Musyawarah (Democracy)

Nilai ini dibuktikan dengan adanya satu anggota kelompok masyarakat yang ditunjuk dan diakui sebagai pemimpin. Konsep primus interpares menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki kemampuan dan wibawa lebih akan menjadi leader dari suatu kelompok.

5.     Nilai keadilan (Justice)

Kehidupan desa komunal membawa konsekuensi pada pola kehidupan untuk saling melengkapi dengan pola gotong royong. Pola ini membawa perubahan dalam kehidupan bermasyarakat dengan berhasil membebaskan ego diri untuk saling melengkapi dan memenuhi kebutuhan hidup Bersama.


𝓘𝓘. 𝓜𝓪𝓼𝓪 𝓚𝓮𝓻𝓪𝓳𝓪𝓪𝓷 𝓣𝓻𝓪𝓭𝓲𝓼𝓲𝓸𝓷𝓪𝓵 𝓐𝔀𝓪𝓵

Perjalanan sejarah Indonesia mulai berkembang Ketika masuk pengaruh asing yang disebabkan oleh posisi strategis Indonesia yang berada di jalur perdagangan sutra (silk road).

Relationship with India caused an acculturation that made some of kingdom had either Hindu or Buddha pattern. For example, Kutai, Mataram Hindu, and Tarumanegara with Hindu pattern; Kalingga, Sriwijaya, and Majapahit with Buddha pattern.

Hubungan dagang nusantara dengan India lebih awal berkembang daripada China dengan berbagai bukti seperti sumber kitab Ramayana yang menyebut nama Yawadipa dan Swarnadipa yang mengacu [ada Pulau Jawa dan Sumatera.

Sedangkan hubungan awal Nusantara dan Cina terjadi karena perluasan pengaruh kekaisaran Cina ke Asia Tenggara akhir abad ke-2 SM, buktinya :

1.     Menurut catatan Cina pada zaman pemerintahan Kaisar Wu-ti (140-86 SM) orang Cina telah berlayar di pulau besar di laut selatan (Nusantara).

2.     Upeti dan barang-barang dagangan Nusantara dibawa ke Cina berupa lada, pala, cengkeh dan sejenisnya, sedangkan orang-orang Nusantara mendapatkan barang-barang keramik maupun kain sutera.

3.     Catatan para pengelana Cina yang singgah di Nusantara.Diantara catatan itu terdapat laporan I-tsing yang pernah tinggal di Sriwijaya untuk belajar bahasa Sansekerta

1.     Nilai Religi (Religious)

a.      Agama Buddha diperkirakan masuk ke Nusantara sejak abad ke-2 Masehi dibuktikan dengan penemuan patung Buddha di Jember dan Sulawesi Selatan. Bukti adanya pengaruh India dan China dapat dilihat dengan beberapa candi, klenteng, dan vihara yang ada.

b.     Kedatangan Islam yang disebarkan para wali menjelang abad VII-VIII ke berbagai daerah Indonesia mengalami perubahan situasi politis dan sosial budaya masyarakat. Pengaruh ini dimulai sejak Samudra Pasai dan Malaka menjadi pusat kerajaan Islam abad VII.

2.     Nilai Kemanusiaan (Humanity)

Nilai ini Nampak pada ajaran Hindu yang dibuktikan dengan adanya sistem kasta yang ada. Perpaduan budaya dan interaksi sosial masyarakat masa Islam memiliki kesetaraan derajat sebagai umat Tuhan mendorong pemahaman ajaran Islam lebih mudah berakulturasi (more acceptable to society).

3.     Nilai Persatuan (Unity)

Unsur ini Nampak pada perpaduan budaya yang berkembang di bidang politik, contohnya adalah beberapa kerajaan yang menghendaki adanya persatuan wilayah dengan melakukan invasi dan perluasan daerah (Raja Mulawarman dan Raja Kertanegara). Contoh lain adalah adanya perkawinan politik antara Pramodhawardhani (Dinasti Syailendra) dengan Rakai Pikatan (Dinasti Sanjaya).

4.     Nilai Demokratis (Democracy)

Pengaruh Hindu-Buddha yang memperkenalkan sistem kerajaan  di mana kedudukan pemimpin dalam masyakarat bersifat turun temurun berdasarkan hak waris (hukum kasta). Primus Interpares means that someone who became the leader will be respected by society.

Pembagian kerja dan musyawarah juga Nampak pada nilai ini.

5.     Nilai Keadilan (Justice)

Pada masa ini keadilan ditunjukkan oleh beberapa raja yang berusaha memakmurkan rakyatnya seperti:

a.      Yupa peninggalan Raja Mulawarman berisi tentang kebikan raja bersedekah tanah, hasil bumi dan sapi pada brahmana yang datang ke Kutai.

b.     Prasasti Tugu peninggaln Raja Purnawarman dari Jawa Barat yang berisi berita tentang pembuatan saluran air (kanalisasi) untuk mengatasi banjir.

 

𝓘𝓘𝓘. 𝓜𝓪𝓼𝓪 𝓚𝓮𝓻𝓪𝓳𝓪𝓪𝓷 𝓝𝓪𝓼𝓲𝓸𝓷𝓪𝓵

Masa kejayaan kerajaan Nusantara mulai dari kerajaan besar seperti Sriwijaya dan Majapahit menjadi bukti bahwa perjalanan bangsa Indonesia (Nusantara) memiliki kedudukan penting. Zaman Majapahit abad ke-14, makna pancasila padamasa itu lebih dikenal sebagai Pancasila Krama yang memiliki 5 elemen dasar pembangunan karakter bangsa yaitu:

1.     Tidak boleh melakukan kekerasan

2.     Tidak boleh mencuri

3.     Tidak boleh berjiwa dengki

4.     Tidak boleh berbohong

5.     Tidak mabuk minuman keras


1.    Kerajaan Sriwijaya

Known as a nautical kingdom since people mostly worked in sailing and trading.

a.      Nilai Religi

·        Abad ke-7 Kerajaan Sriwijaya telah dikenal sebagai pusat pendidikan agama Buddha Mahayana.

·        Sriwijaya menjadi pusat perkembangan agama Buddha Mahayana terpenting di Asia Tenggara dan Asia Timur.

b.     Nilai Kemanusiaan

·        Ajaran Buddha tidak mengenal sistem kasta dan diarahkan untuk memperbaiki dan mengembangkan kemakmuran melalui Kerjasama politik, ekonomi, dan keagamaan.

c.      Nilai Persatuan

·        Beberapa prasasti yang melambangkan perluasan wilayah, tata tertib, dan perkawinan politik. (Prasasti Kota Kapur, Telaga Batu, Talang Tuo)

d.     Nilai Demokratis

·        Semua permasalahan diputuskan secara musyawarah melalui Dewan Nagari yang menjadi wadah politik (anggota dewan).

e.      Nilai Keadilan

·        Berusahan memajukan kehidupan masyarakat melalui jalur niaga dan maritim yang bersifat insulair, intersulair, dan internasional.

·        Tidak keberatan mengakui Cina sebagai negara yang berhak diberi upeti. 

2.    Kerajaan Majapahit

Built by Raden Wijaya in 1293 and replaced by his son, Jayanagara in 1309-1328 (not so well condition), then replaced by his sister, Bhre Kahuripan (glory time).

a.      Nilai Religi

·        Kehidupan keagamaan dengan toleransi tinggi antara tiga ajaran agama besar yaitu Hindu, Buddha, dan Islam.

b.     Nilai Kemanusiaan

·        Adanya sistem kasta (Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra), dan tiga golongan kebawah (Candala, Mleccha, Tuccha).

·        Otonomi daerah guna menjadi tentram, damai, dan tertib.

c.      Nilai Persatuan

·        Nilai persatuan diawali saat Raden Wijaya meminta bantuan perlindungan kepada Arya Wiraraja untuk membuka hutan tarik.Kebersamaan orang-orang Tumapel dan masyarakat Madura bersatu dengan balatentara Tartar dari Cina-Mongol untuk menyerbu Jayakatwang.

·        Upaya Patih Gajah Mada dalam melaksanakan sistem sentralisasi pemerintahan dengan raja sebagai penguasa tunggal.

d.     Nilai Demokratis

·        Struktur pemerintahan yang digolongkan ke empat badan, yaitu (1)raja dan kerabat raja, (2)dewan penasehat raja, (3)dewan Menteri, (4)gubernur provinsi.

·        Musyawarah dalam memecahkan permasalahan.

·        Otonomi daerah.

e.      Nilai Keadilan

·        Ekonomi berbasis pertanian dan perdagangan

·        Ekonomi masyarakat berbasis keunggulan daerah dengan menjalin hubungan dagang di berbagai kalangan.

 

𝓘𝓥. 𝓜𝓪𝓼𝓪 𝓟𝓮𝓻𝓰𝓮𝓻𝓪𝓴𝓪𝓷 𝓝𝓪𝓼𝓲𝓸𝓷𝓪𝓵 𝓘𝓷𝓭𝓸𝓷𝓮𝓼𝓲𝓪

Diawali dengan kebijakan politik etis yang di cetuskan oleh Cornad Theodore van Deventer dalam sebuah artikel dalam majalah de Gids dengan judul "Een Eereschuld" atau "hutang kehormatan" yang menyatakan bahwa cucuran keringat air mata dan penderitaan Indonesia yang banyak membantu pemerintah kerajaan belanda untuk memperbaiki keuangan negara, menurutnya utang budi itu harus dibayar dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui tiga program politik etis, yaitu irigasi, transmigrasi, dan edukasi.

Bentuk Penyelenggaran Pendidikan Pada Masa Kolonial:

1.     Pendidikan Kolonial

Educational Institutions were regulated and run by the Dutch Colonial Government and there were racial and class discrimination practices. Anak Eropa masuk sekolah ELS (Europe Lagere School) sedangkan anak pribumi digolongkan berdasarkan kelas sosial, seperti:

a.      Anak pribumi golongan bawah pada sekolah rakyat yang ditempuh selama 3 tahun dengan menggunakan bahasa daerah.

b.     Anak pribumi golongan menengah pada HIS ditempuh selama 7 tahun dengan bahasa pengantar Belanda.

c.      Anak pribumi golongan atas dapat melanjutkan ke HBS setelah HIS dengan bahasa pengantar Belanda. 

2.     Perguruan Kebangsaan

Young intellectuals set up national colleges to shape the personality and mentality of the nation through the spirit of nationalism. There is no discrimination exist.

a.      Perguruan Taman Siswa yang didirikan oleh R.M. Suwardi Suryadiningrat (Ki Hajar Dewantara). Tujuannya menanamkan rasa cinta tanah air;

b.     Perguruan Kayu Taman/INS yang didirikan oleh Mohammad Syafei. Tujuannya menjadi tenaga kerja yang terampil dan pembentukan watak positif;

c.      Perguruan Kesatrian yang didirikan oleh Douwess Dekker (Dr. Danudirdjo Setiabudi). Tujuannya untuk menumbuhkan rasa percaya diri.

d.     Perguruan Rakyat yang didirikan oleh Mr. Sunario, A. Wilson Mononotu, dan M.H. Thamrin. Tujuannya agar tertanam bahma mereka adalah bangsa Indonesia

3. Pendidikan Perguruan Islam

a.      Muhammadiyah sebagai perguruan Islam modern pertama, yang didirikan di Yogyakarta pada 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan. Tujuannya untuk memperluas pendidikan agama Islam.

b.     Pesantren Persatuan Islam (Persis) di Bandung pada tahun 1923 oleh Ahmad Hasan dan Muhammad Natsir. Tujuannya mempersiapkan calon- calon ulama.

c.      Nahdatul Ulama (NU) dikelola oleh NU sejak 1899 dalam bentuk pesantren Tebu Ireng di Jombang, Jawa Timur. Tujuannya melaksanakan ajaran al-Quran dan Hadist menurut mazhab Syafi'i.

 

Dampak politik etis memiliki peran penting dalam melahirkan nasionalisme Indonesia, ditandai dengan munculnya ide- ide tentang kesadaran berbangsa.

                   Perkembangan yang didasarkan atas politik kesejahteraan rakyat serta politik asosiasi menimbulkan golongan intelektual yang penuh dengan kesadaran nasional. Kesadaran nasional sebagai manifestasi nasionalisme mengandung cita- cita atau keinginan sebagai pendorong perjuangan suatu bangsa. Dapat berupa:

Perjuangan mewujudkan persatuan nasional

Perjuangan mewujudkan kebebasan nasional

Perjuangan untuk mewujudkan keaslian

Perjuangan untuk memperoleh kehormatan

Politik etis berperan dalam melahirkan nasionalisme indonesia. Hal ini ditandai dengan:

1.     Muncul ide-ide kesadaran berbangsa

2.     Nasionalisme Indonesia memiliki ciri   khas       

3.     Perlawanan praktek kolonialisme- imperalisme barat

Kebangkitan nasional mulai terlihat tahun 1908 dengan lahirnya Budi Utomo sebagai organisasi pemuda pertama yang berskala nasional. Patriotisme bangsa sebagai perwujudan rasa cinta tanah air dalam bentuk kesadaran nasional, setia kawan, dan membentuk organisasi kepemudaan berskala regio-nasional.

Patriotisme sebagai bentuk cinta tanah air berupa kesadaran nasional, setia kawan, dan membentuk organisasi yang positif.

1.     Nilai Religi

Agama menjadi salah satu bagian perekat dari wujud perjuangan bangsa Indonesia untuk dapat mewujudkan kemerdekaannya melalui penanaman konsep jihad dan tugas manusia sebagai umat beragama untuk terus belajar.

2.     Nilai Kemanusiaan

Keanekaragaman budaya dalam satu kesatuan pemerintahan berdaulat yaitu Bhineka Tunggal Ika tan hanna mangrwa yang mengandung pengertian walaupun berbeda tetap satu. masyarakat indonesia tidak mempermasalahkan perbedaan warna kulit, budaya, agama, maupun stratifikasi sosial. Hal ini menjadi salah satu kunci untuk menumbuhkan kesadaran nasional sebagai wujud toleransi sosial dan penerimaan hak dasar sebagai makhluk hidup.

3.     Nilai Persatuan

Kesadaran akan pentingnya rasa persatuan bangsa Indonesia dimulai  dengan membangun wadah organisasi yang berskala nasional. Seperti PNI dan PPKI.

                   Langkah awal membangun persatuan dilakukan dengan mengadakan kongres pemuda yang dilaksanakan di Jl. Kramat 106 Jakarta tanggal 27-28 Oktober 1928 membangun kesepakatan nasional yang disebut IKRAR Sumpah Pemuda.

4.     Nilai Demokratis

Kongres Rakyat Indonesia bulan Desember 1939 menetapkan untuk memilih bendera persatuan Indonesia merah putih, lagu Indonesia raya, bahasa persatuan adalah bahasa Indonesia. Hasil kongres rakyat ini menunjukkan adanya keseriusan dan kesepakatan dalam suatu mufakat.

5.     Nilai Keadilan

Pemerataan informasi perkembangan nasionalisme di Indonesia yang tidak lagi berpusat di Jawa. Hal ini mendorong lahirnya hari nusantara (inter sulaire dag) di Surabaya 11 Juli 1925 untuk mencanangkan jiwa kesatuan yang merata di seluruh perwakilan suku- suku di Indonesia.

 

𝓥. 𝓟𝓮𝓻𝓳𝓾𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓑𝓪𝓷𝓰𝓼𝓪 𝓘𝓷𝓭𝓸𝓷𝓮𝓼𝓲𝓪 𝓜𝓮𝓵𝓪𝔀𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷𝓳𝓪𝓳𝓪𝓱

1.     Kolonisasi Portugis dan Spanyol

·        Posisi Portugis telah mampu menguasai Selat Maklaka tahun 1511 menjadikan Malaka sebagai pintu gerbang rempah-rempah Asia.

·        Pentingnya peran rempah-rempah bagi bangsa Eropa mendorong portugis akhirnya melakukan kerjasama dengan beberapa penguasa lokal Indonesia.

·        Kedatangan Spanyol tahun 1521 di Maluku menjadikan presenden buruk bagi koloni Portugis sehingga politik monopoli tidak bisa dilaksanakan dengan baik.

·        Keberhasilan Portugis mengalahkan Spanyol tahun 1585 mengakibatkan kebutuhan rempah- rempah di Eropa terganggu dan membawa dampak kepada pedagang- pedagang Eropa lainnya seperti Belanda.

2.     Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda

·        Tujuan kedatangan Belanda ke Indonesia untuk menguasai rempah- rempah di Indonesia

·        Melalui VOC Belanda mulai menerapkan dunia perdagangan internasional dengan sistem terbuka.

·        Dampak negatifnya yaitu Indonesia mengalami beberapa kali penjajahan yang menerapkan praktek monopoli, kolonialisme dan imprealisme untuk  kepentingan bangsa asing

There are several values ​​that can describe the condition of Indonesia during colonialism.

1.     Nilai Religi

·        Keragaman agama yang di anut masyarakat Indonesia bertambah karena adanya pengaruh agama baru dari masyarakat Eropa yaitu agama Katolik dan agama Protestan.

·        Hal ini mengakibatkan masyarakat Indonesia mampu mengawinkan agama baru sesuai dengan nilai budaya bangsa tanpa mengurangi makna dan hakekat agama itu sendiri (akulturasi).

·        Banyaknya bangunan gereja bercorak Katolik dan Protestan di Indonesia menunjukkan adanya akulturasi dalam penyebaran agama baru.

2.     Nilai Kemanusiaan

·        Penerapan culturstelsel sistem tanam paksa tahun 1830 dan liberalisasi ekonomi tahun 1870 mendorong adanya proses eksplorasi dan eksploitasi bagi masyarakat Indonesia, hhususnya di Jawa dan Sumatra .

·        Pemerintah Hindia Belanda menanggungkan burden of empire pada penguasa Jawa, sehingga kondisi ini dibebankan kepada petani dan masyarakat Jawa sebagai dasar pelaku ekonomi.

3.     Nilai Persatuan

·        Patriotisme bangsa Indonesia mulai terlihat pada bentuk perlawanan lokal di berbagai wilayah Indonesia.

·        Perjuangan lokal sebelum abad XX bersifat kedaerahan, sedangkan perjuangan setelah pengaruh Eropa masuk ke Indonesia merubah pola perjuangan bersifat lebih nasionalis.

·        Adanya Perjuangan Lokal seperti pemberontakan masyarakat Maluku melawan kolonialisme Portugis dan Belanda dan peperangan Pangeran Hasanuddin, dan pahlawan lainnya.

4.     Nilai Keadilan

·        Lahirnya pergerakan nasional memberikan arah kepada politik kolonial terutama sebagai kekuatan yang sadar akan nilai dan kekuatan sendiri, serta mempunyai cita- cita untuk hidup yang bebas.

·        Faktor yang membuat pergerakan nasional ini kemudian lebih radikal adalah karena posisi yang dilakukan ditandai oleh perbedaan ras sedangkan kebebasan diberi nilai lebih tinggi dari kesejahteraan.

·        Adanya Etische politiek yang dimulai dengan politik kesejahteraan bagi rakyat kebanyakan, justru adanya berita- berita tentang kemerosotan kehidupan rakyat.

·        Selama periode tahun 1900-1925 banyak kemajuan serta perubahan dan bangunan- bangunan besar telah di jalankan, kesemuanyya merupakan keharusan dalam kemajuan yang tidak dapat dielakkan.

·        Diantaranya ialah : desentralisasi, perubahan pemerintahan, perbaikan kesehatan rakyat, emigrasi, perbaikan pertanian dan peternakan, dan lainnya.

 

𝓥𝓘. 𝓟𝓮𝓻𝓳𝓾𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓭𝓪𝓷 𝓝𝓲𝓵𝓪𝓲𝓷𝔂𝓪

·        Bangsa Indonesia mengalami beberapa kali penjajahan yang menerapkan praktek monopoli, kolonialisme dan imperalisme untuk kepentingan bangsa asing, di antaranya adalah Belanda, Perancis, Inggris, dan Jepang.

·        Kondisi tersebut menimbulkan adanya pergolakan dan pemberontakan yang masih bersifat kedaerahan disebagaian besar wilayah di Indonesia. Perlawanan terbagi dalam 2 pola perlawanan, yaitu masa sebelum abad XX dan masa pergerakan nasional abad XX.

·        Nilai kejuangan ini menjadi cita-cita perjuangan bangsa Indonesia yang sudah lama mengalami penindasan dan kesengsaraaan akibat praktek kolonialisme-imperialisme bangsa asing. Cita-cita patriotisme ini dicapai dengan cara perjuangan melawan penjajah.

Nilai-nilai Perjuangan tersebut antara lain, adalah:

1.     Nilai Religi

Keragaman agama yang dianut masyarakat Indonesia semakin banyak, hal ini karena adanya pertambahan pengaruh agama baru dari bangsa Asing.

2.     Nilai Kemanusiaan

Adanya jaringan perdagangan Indonesia  yang membuka peluang untuk berinteraksi sosial dengan beraneka ragam suku bangsa.

3.     Nilai Persatuan

Bentuk sikap patriotisme bangsa Indonesia yang mulai terlihat pada bentuk perlawanan lokal di berbagai wilayah di Indonesia.

4.     Nilai Keadilan

Perkembangan yang didasarkan atas politik kesejahteraan rakyat serta politik asosiasi menimbulkan golongan intelektual yang penuh dengan kesadaran akan nilai keadilan dimasyarakat.

5.     Nilai Demokrasi

Bentuk dari hasil musyawarah yang dapat mempersatukan masyarakat Indonesia dengan berbagai latar belakang untuk mencapai suatu kemerdekaan.


𝓥𝓘𝓘. 𝓒𝓞𝓝𝓒𝓛𝓤𝓢𝓘𝓞𝓝

Given the long history of the Indonesian nation in achieving independence from the pre-literary era, the kingdom period, to the colonial period, it can be concluded that in every condition, there will always be five important values ​​that can be taken. There are religion, humanity, unity, justice and democracy. These values ​​will always be related to the values ​​contained in Pancasila.

𝓥𝓘𝓘. 𝓚𝓔𝓢𝓘𝓜𝓟𝓤𝓛𝓐𝓝

Mengingat sejarah bangsa Indonesia yang begitu panjang dalam mencapai kemerdekaan mulai dari masa praaksara, masa kerajaan, hingga masa penjajahan, dapat dipahami bahwa dalam setiap kondisi akan selalu terdapat lima nilai penting yang dapat diambil yaitu, nilai religi, kemanusiaan, persatuan, keadilan, dan demokrasi. Nilai-nilai inilah yang akan selalu berkaitan dengan nilai yang terkandung dalam Pancasila.

 

𝔻𝔸𝔽𝕋𝔸ℝ ℙ𝕌𝕊𝕋𝔸𝕂𝔸

  Setijo, Prandji. 2006. Pendidikan Sejarah Pancasila. Jakarta : PT. Grasindo. ISBN 979-763-605-4.

  Tim MKU Pendidikan Pancasila, 2014, Pendidikan Pancasila, Penerbit Unesa University Press, ISBN 978-979-028-627-6.

  Tim MKU Pendidikan Pancasila, 2014, Pendidikan Pancasila, Surabaya:Unesa University Press, anggota IKAPI, ISBN 978-979-028-627-6, hal 64-74).

  Darmodihardjo, Darji.1975.Santiaji Pancasila.Surabaya : Usaha Nasonal

  Kaelan, 2004.Pendidikan Pancasila.  Yogyakarta:Paradigma

  Diambil dari buku :

   Tim MKU Pendidikan Pancasila UNESA.2014.Pendidikan Pancasila.Surabaya:Unesa University  Press

  Tim MKU Pend. Pancasila. 2014. Pendidikan Pancasila. Surabaya: University press. Hal 29

  Al Anshori M. Junaedi. 2007. Sejarah Nasional Indonesia: Masa Prasejarah Sampai Masa Proklamasi Kemerdekaan. Cetakan Pertama. PT. Mitra Aksara Panaitan Jakarta. Hal  8 & 11

  Al Anshori M. Junaedi. 2007. Sejarah Nasional Indonesia: Masa Prasejarah Sampai Masa Proklamasi Kemerdekaan. Cetakan Pertama. PT. Mitra Aksara Panaitan Jakarta. Hal  8 -9

  Al Anshori M. Junaedi. 2007. Sejarah Nasional Indonesia: Masa Prasejarah Sampai Masa Proklamasi Kemerdekaan. Cetakan Pertama. PT. Mitra Aksara Panaitan Jakarta. Hal  10

  Al Anshori M. Junaedi. 2007. Sejarah Nasional Indonesia: Masa Prasejarah Sampai Masa Proklamasi Kemerdekaan. Cetakan Pertama. PT. Mitra Aksara Panaitan Jakarta. Hal  11

  Tim MKU Pend. Pancasila. 2014. Pendidikan Pancasila. Surabaya: University press. Hal 30

  Sulastianto Harry. 2007. Seni Budaya untuk SMA Kelas X. ISBN 979-758-368-6. Grafindo Media Pratama

  Tim MKU Pend. Pancasila. 2014. Pendidikan Pancasila. Surabaya: University press. Hal 31

  Tim MKU Pend. Pancasila. 2014. Pendidikan Pancasila. Surabaya: University press. Hal 32

  Tim MKU Pend. Pancasila. 2014. Pendidikan Pancasila. Surabaya: University press. Hal 33

  Tim MKU Pend. Pancasila. 2014. Pendidikan Pancasila. Surabaya: University press. Hal 33-34

  Tim MKU Pend. Pancasila. 2014. Pendidikan Pancasila. Surabaya: University press. Hal 34-35

  Tim MKU Pend. Pancasila. 2014. Pendidikan Pancasila. Surabaya: University press. Hal 35-37

  Tim MKU Pend. Pancasila. 2014. Pendidikan Pancasila. Surabaya: University press. Hal 37

  Tim MKU Pend. Pancasila. 2014. Pendidikan Pancasila. Surabaya: University press. Hal 38-39

  Tim MKU Pend. Pancasila. 2014. Pendidikan Pancasila. Surabaya: University press. Hal 39-40

  Tim MKU Pend. Pancasila. 2014. Pendidikan Pancasila. Surabaya: University press. Hal 40-41

 

Komentar

  1. saya ijjn kasii masijan yah, ada beberapa font yang kurang dapat dibaca dg jelas kak. makasi
    -saffa-

    BalasHapus
  2. Waah bermanfaat sekali Hanif tulisannya, lebih ringkas dari buku paket zaman sekolah. Semangat terus yaa aku tunggu tulisan berikutnya :)

    BalasHapus

Posting Komentar